Senin, 07 Januari 2013

Gadis Rumah Tangga!


Ini tulisan aku buat sebenarnya udah lumayan lama.. Tepatnya sekitar bulan agustus/september, setelah wisuda *eciieee* dan lebaran.. Saat istirahat panjang di rumah selama sebulan lebih.. hehehe...
Sooo... check it out.. :)


Menghabiskan sebulan di rumah membuatku menjadi tidak produktif, eehm tidak dalam semua hal. Yang pasti dalam semua hal berbau organisasi, gerakan dan segala aktivitas yang aku lakoni selagi mahasiswa kemarin, (uhukk uhuuk, baru lulus uhuuk) tidak lagi menjadi rutinitasku sehari-hari. Tapi selalu ada sisi positifnya, aku lebih produktif menjadi “GRT” (Gadis Rumah Tangga). 

Bangun tidur tanpa mandi, gosok gigi, dan membersihkan tempat tidur, langsung meraih sapu dan kemoceng. Mulailah rutinitas menyapu rumah yang luasnya lebih dari  2 are dan ketebalan debu di atas rata-rata mengingat musim kemarau berbedu yang sedang singgah di Sumbawa dan entah kapan akan pergi. Di rumah orang normal umumnya, anggaplah rumah ini diisi oleh orang-orang yang kreatif, sapu yang digunakan untuk membersihkan lantai biasanya sapu ijuk, atau sapu yang ijuknya dari plastik yang berbentuk lidi yah apalah namanya, atau yang punya uang lebih pakai vacum cleaner, nah kalau di rumahku sapunya juga dari ijuk, tapi yang membuat mereka berbeda adalah sapu ini semua pakai baju, pakai baju, pakai baju (pengulangan bukan salah ketik, tapi menekankan bahwa sapu-sapu itu pakai BAJU). Iyah tepat sekali, sapunya di selimutin dengan kain, tepatnya baju bekas. Mengapa? Kalau katanya ibu, “ini kalo pake kain ini kan semua debu-debunya keangkat, sampai debu-debu halusnya juga keangkat” | “debunya pasti sering pake’ kondisioner makanya halus” *emangnya rambut!.

Tapi konsekuensinya kita harus sering menepuk2an sapu di dinding atau di lantai di luar rumah supaya debu-debu yang sudah terlanjur nempel kayak prangko di kain bisa kebuang lagi, jadi kain kembali bersih dan lantai siap disapu lagi. Ibuku emang ibu paling kreatif sedunia :*

Setelah kegiatan menyapu dan membersihkan seantero rumah selesai, mulailah mengambil sponge dan mencuci piring-piring kotor, masak air untuk isi termos, dan memasak nasi pakai mesin ajaib “Magic jar”. Mesin yang bisa menghangatkan segala jenis makanan, bisa buat bikin telur rebus, buat mie instan, masak air, dan kegiatan menghangatkan lainnya, kecuali menghangatkan hati yang telah beku ditinggal kekasih #eeaaa :D. Gak percaya, coba deh ini saran dari ahli anak kos berpengalaman. Trust me, It works! :D

Nah barulah kita memulai eksperimen memasak, tentunya dengan panduan guide profesional, Ibuku sendiri. Memasak ternyata menyenangkan kalau semua bahan masakan dan perlengkapannya lengkap, walaupun tidak terlalu sering masak baik di rumah atau di kostan, tapi makananku dapat di kategorikan enak untuk anak baru. Kalau ada ungkapan “Learning by doing”, untuk memasak tidak hanya “by doing”, tapi juga “Learning by Looking”. Kebiasaan ngeliatin cara masak pemenang lomba masak se kabupaten (ibuku) dari kecil ternyata ada gunanya saat dipraktekkan, terlebih dengan terbiasa makan masakan enak *sombong* jadi ketika masakpun paling tidak rasanya harus tidak jauh beda dari masakan ibu, yaa kalau jauh beda tinggal buang masakannya terus serahkan kepada ahlinya (Ibuku) :D.

Sisanya belanja, nonton televisi, main game di komputer jinjingku, tidur, batuk (yang sudah menggrogoti tenggorokan hampir 3 minggu), dan mengerjakan hal-hal penting lainnya seperti kalau ibu suruh nyuci baju, setrika, goreng ini itu, dan leyeh-leyeh. Leyeh-leyeh itu hal penting yaah untuk seseorang yang baru menyelesaikan masa-masa kuliah yang penuh dengan kegiatan organisasi dan edukasi secara tepat waktu dan sedang berlibur ini (singkat kata “Pengangguran”).

Yaah walaupun tidak produktif dalam “gerakan”, tapi setidaknya aku menjadi produktif dalam hal-hal rumah tangga. Tinggal tunggu diperistri ajah ni, #eeeaaa. Serius, walaupun yang telah aku kerjakan selama menjadi GRT di rumah sama sekali tidak ada artinya dari yang telah dilakukan oleh ibu lebih dari setengah usianya, setidaknya aku bisa merasakan sedikit sekali lelahnya ibu yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dari kami kecil, bagaimana dulu ketika kelima (5/Five) anaknya masih tinggal di rumah semua, ramainya, berantakannya, rusuhnya dan semua nya-nya yang lain, apa yang saya kerjakan ini bahkan tidak ada seujung kuku dari yang sudah Ibu lakukan selama ini. Betapa lelahnya, dan tidak munafik pasti ada keluhan ketika anak-anaknya bukannya membantu malah memperberat pekerjaan rumah. Namun, keikhlasan dalam menjalani kesempurnaan seorang wanita dengan menjadi ibu selalu terpancar jelas dalam senyumnya yang tak pernah padam walau sehari, yang ikhlas melayani kebutuhan anak-anaknya, senyum kenikmatan ketika anak-anaknya menambah satu porsi nasi lagi saat menyantap masakannya, senyum penuh syukur ketika melihat anaknya akur dan bercanda satu sama lain, tertawa lepas ketika mendengar cerita lucu anak-anaknya yang mungkin bahkan tidak lucu sama sekali, kepuasan ketika melihat anaknya tumbuh besar sehat dan ceria, serta senyum kebanggaan melihat anak-anaknya menjadi dewasa dan berusaha menggapai cita-cita.

Maka benar ungkapan “kasih ibu sepanjang masa”, walaupun anaknya membangkang melawan membentak bahkan ketika itu kesalahan anaknya sendiri, ibu tidak lantas geram, tidak butuh waktu lama untuknya menghilangkan amarah dan menebar kembali segurat senyum tulus dibibir tipisnya itu.

Sekarang satu-persatu anaknya meninggalkan rumah, mencari jalan dan pilihan hidupnya, begitu pula denganku. Maka tinggallah berdua Abah dan Ibu menjalani hari-hari di rumah ini sendiri, sepi? Sepertinya iya. Dengan rumah yang dibuat untuk menampung 7 orang, sekarang hanya ditinggali berdua, pasti sangat sepi. Jadi tidak heran ketika aku lulus kemarin ibu secara tersirat mengingikan aku kembali ke rumah, setidaknya mencari pekerjaan yang membuatku tidak harus menyeberang dua lautan untuk mencapai rumah. Memang belum aku sampaikan secara langsung, ucapan maaf yang mungkin tidak ada artinya untuk setiap goresan luka yang telah saya torehkan di hati ibu.

“Maafin adek bu, anak bungsu ibu ini belum bisa memenuhi keinginan ibu. Saya telah memilih untuk tetap di sini sementara, walaupun belum pasti saya akan jadi apa, dan bagaimana? Satu hal yang pasti, mimpi saya ingin membanggakan dan membahagiakan ibu dengan pilihan ini. Berikan saya kesempatan, waktu, dan doa ibu. Karena doa ibu itulah yang akan membuat saya gigih dalam menggapai pilihan saya ini. Anakmu yang punya betis padi bunting, berwajah bulat dan berhidung besar ini akan pulang dengan kebahagiaan dan kebanggaan di wajah ibu kelak”

Ketika menulis ini banyak hal yang kemudian muncul secara tiba-tiba. Tentang semua tindakan dan hal-hal spontan yang tidak sengaja keluar ketika berhadapan dengan ibu. mengapa harus membalas nasehatnya dengan ucapan-ucapan penuh penekanan? mengapa harus membalas dengan keluhan ketika menjawab permintaannya yang diucapkan dengan penuh kelembutan? mengapa harus melawan dengan geram ketika mendengar komentarnya mengenai hal yang kita sukai?

Mengapa selalu ada perlawanan entah dalam skala besar atau kecil terhadap semua kebaikannya untuk kita?
Mengapa?  Haaaahh, ternyata ego sering kali menang melawan kasih sayang. Dan ego itu akan kalah ketika semua itu telah terjadi, dan diikuti dengan kalimat. “Kenapa aku kayak gitu tadi?”

Ternyata setelah dipikir-pikir aku anak kurang ajar yah, terlalu banyak dosa, kesalahan-kesalahan yang telah kuperbuat kepada Ibu, terlalu banyak kesedihan, kekhawatiran, kegelisahan, kemarahan ibu di setiap perilakuku, yang bahkan mungkin tidak ibu perhitungkan sama sekali, karena yang ada dipikirannya hanya kebahagiaan untuk anak-anaknya. Hatinya terlalu lembut dan mulia untuk mengingat satu persatu dosa anak-anaknya.

Haaaahh, penyesalan itu memang selalu datang terlambat, namun tidak ada kata terlambat untuk memperbaikinya kan?

Sudah pasti setiap anak ingin bisa membahagiakan orang tua, begitu pula aku. Jadi ijinkan aku dengan pilihanku menjalankan hidup dan menggapai kebanggaan dan kebahagiaan untuk Ibu dan abah J
Sebagai manusia, mungkin tidak ada orang yang sempurna, namun sebagai orang tua Ibu sangat SEMPURNA untukku.

Love u mom, more than u thinking.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar