Jumat, 09 November 2012

Less

Hai..
sudah lama tidak menjamahmu wahai blogku...
Sebenernya kalau dibilang tidak punya ide menulis juga tidak.. karena setiap hari setiap teringat sesuatu rasanya selalu menggebu-gebu ingin menulis, tapi entah mengapa memang selalu tidak tersampaikan dengan segera. Jadi keburu moodnya hilang duluan.
Hari ini setelah hampir 2 bulan musim hujan di bali diundur, tanah bali basah juga oleh air. Sambil merasakan sejuknya pagi ini, banyak hal kemudian yang sebelumnya hanya terpikir selintas kini mulai menggerogoti pikiranku. Tidak terpikir selintas juga seh, lumayan lama neduh dikepala, tapi belum berani diungkapkan. Takut menerima kenyataan.
Ini tentang sebuah kekurangan dalam bagian diriku.
Ini tentang arti sebuah "Saudara", arti sebuah "Sahabat"..


Sampai sekarang, aku belum memiliki definisi yang tepat untuk kedua kata itu..
Seperti apa yang bisa kita sebut sebagau "saudara" dan seperti yang bisa aku bisa sebut sebagai "sahabat"..
Bukankah mereka yang selalu ada ketika kita membutuhkan?
Bahu disaat kita bersedih?
Cermin ketika kita bahagia?
Air, ketika kita memanas?
Mario teguh, ketika kita gusar?
Diary ketika mulut tak henti bercerita?
Sekian banyak, teman yang ada disekelilingku. Apakah ada sosok yang seperti itu?

Bagaimana kalau kita balik?
Bukannya mereka tidak ada, tapi sebaliknya. Aku yang tidak ada.
Bagaimana kalau yang terjadi adalah semua karena "Aku".
Aku yang tidak menjadi bahu,
cermin,
air,
mario teguh,
ataupun diary.


Melihat kembali kepribadian dalam diri, yang sangat cuek, sering kali egois, bahkan cenderung tidak peka dan perhatian terhadap sekililing, merasa diri paling malang, dan merasa hanya aku yang harus dipikirkan.
Namun dilain sisi, aku orang yang tertutup, yang merasa menyelesaikan sendiri, mandiri. Merasa diri mandiri saat belum matang sepenuhnya. Merasa diri mampu menyelesaikan semuanya, cukup melihatku tersenyum, tidak perlu dengan kesedihan atau kebimbanganku. Atau bahkan hanya merasa malas untuk bercengkrama, lebih tenang sendiri, merenung dalam ruangan 4x5 meter dengan dapur dan kamar mandi didalamnya yang kini menjadi tempatku melepas lelah. Dan segala bentuk keegoisan, kepercayaan, dan keacuhan pada diriku.

Mari bertanya kembali, apakah sosok seperti diriku pantas untuk disebut sebagai sahabat?
Apakah aku sudah menjadi sosok seorang sahabat untuk orang-orang yang aku kasihi?
Apakah aku sudah cukup baik mejadi seorang sahabat?

Yang mampu menjawab, selain orang yang disekitarku.
adalah diriku sendiri.

Kalau sudah menemukan jawabannya itu. Maka terjawablah sudah pertanyaan, apakah aku pantas menerima perlakuaan seperti seorang "Sahabat", menerima perlakuan seperti seorang "Saudara"?

Terima kasih hujan, hari ini ada yang mampu aku simpulkan.
Jangan terlalu banyak meminta, ketika tidak banyak yang kamu berikan.
Ketika kamu ingin seorang "Sahabat". maka terlebih dahulu jadilah seorang "Sahabat" "Saudara" yang baik, pada akhirnya mereka akan beriringan bersamamu :)

Terima kasih sahabat, atas bahu, cermin, air, mario teguh, dan diary untukku selama ini..
Beri aku ruang untuk mengisi kekurangan ini.. Untuk menjadi seorang "Sahabat"..
Maaf..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar