Jumat, 27 Januari 2012

Bukan Ciuman Pertama, tapi rasanya mirip

Apa yang terlintas pertama kali di benak kalian ketika membaca judul tulisan ini??
Mungkin tidak sedikit dari kalian yang berfikir bahwa tulisan ini berbau hal yang romatis atau bahkan menjurus *jurus mancan kayang*. Jika yang dimaksud dipikiran anda seperti yang ada dipikiran saya tentang apa yang anda pikirkan, berarti anda patut bersedih hati. Tapi tolong jangan langsung memencet tanda silang disisi kanan laptop anda atau langsung membanting gadget anda, lebih baik anda pikirkan sekali lagi sebelum membuang gadget anda itu, bagaimana jika diberikan kepada saya *fakir Gadget*. Okee lupakan, kita fokus pada awal pembicaraan kita. 

Saya ingin membagi perasaan ini kepada anda semua. Sebelumnya saya ingin bertanya lagi, pernah tidak anda ingin melakukan sesuatu namun karena ada hal lain yang menghalanginya membuat sesuatu hal tersebut menjadi terhambat. Bukan hanya terhambat tapi juga tersumbat, bukan ini bukan tentang WC ataupun saluran lainnya yang bisa tersumbat. Ini tentang sebuat hasrat, yang sudah terpendam lama sekali, sehingga ketika kesempatan itu ada anda jadi bingung mau mulai melakukannya dari mana. Itu yang sedang saya rasakan saat ini. Sejak dulu saya selalu merasa seperti Shakespeare, yang mampu mengarang roman melegenda sepanjang masa seperti Romeo and Juliet, walapun pada ujungnya karangan saya hanya mentok jadi Romli dan Juleha. Saya merasa seperti seperti Mira W, jadi Mala Wee-edan tenan. Atau jadi seperti Andrea Hirata yang mengisahkan 10 bocah asal Belitong yang berjuang demi sekolah, walaupun kalau saya yang menceritakan lebih seperti 10 ekor kucing buluk pengangguran yang sedang mengadu nasib mencari majikan di Jakarta yang berujung mati beku gara-gara hanyut terbawa banjir (Soundtrack : Jakarta Kebanjiran), mengenaskan. Sejak dulu saya selalu optimis kalau saya adalah seorang penulis handal, handal jepit, handal sepatu, bahkan sampai "bang, handalnya yang banyak yaah biar pedes" okeh mulai tidak nyambung. Intinya saya dulu selalu menganggap bahwa diri saya sangat pandai dalam menulis. Menuliskan kata Cinta di Hatimu #eeeaaa *gagal fokus*. Kita lanjut pada hasrat kita di awal, saya amat sangat ingin menulis hal yang spektakuler walaupun dulu saya kurang suka membaca kecuali baca komik, dan sepertinya saya terkena karma karena dikelilingi orang-orang yang sangat suka membaca, yang pada akhirnya belakangan ini menjadi sangat kegandrungan membaca. Keinginan saya untuk menulis tidak pernah tersampaikan hingga sebelum tulisan ini saya buat, bukan karena saya malas tapi karena fasilitas yang saya miliki kurang, ini agak menyedihkan.
Mungkin saya bukan seorang pujangga yang pandai menuliskan kata-kata romantis, saya juga bukan seorang pengarang yang bisa mengarang sebuah kisah cinta tragis hingga happy ending, juga bukan seorang penulis ilmiah yang mampu membuat tulisan penelitian maha agung yang mampu merubah dunia. Yang ingin saya lakukan hanya menuliskan tentang kehidupan saya, menuliskan tentang pemikiran dan perasaan saya. Mungkin terdengar tidak terlalu penting, tapi ini penting untuk saya, ketika saya tidak mampu untuk menumpahkan keluh kesah saya dengan teman, sahabat, ataupun keluarga. Saya tidak tahu kemana harus dituangkan. Cuma satu, yah dengan kamu tuliskan. Terjerembab dalam kepedihan seorang diri itu tragis. Saya tidak mau ini terus berlangsung, saya tidak mau tengelam dalam kesedihan seorang diri, saya harus melakukan sesuatu, yaah mungkin dengan menulis. Nasib menjadi seorang yang introvert mungkin seperti yang saya alami saat ini. Kita tidak mampu berbicara leluasa dengan orang lain, akan ada beberapa hal yang akan selalu kita tutupi.
Perasaan ini yang membuat saya ingin sekali menulis walaupun untuk hal remeh temeh, setidaknya saya ingin berbagi. Bukan, bukan berbagi kepedihan tapi berbagi cerita dan pengalaman. Saya ingin suatu saat ketika orang membaca tulisan saya, ada suatu hal yang mereka petik, ada suatu hal yang mereka ambil. Kepuasaan itu yang belum saya rasakan saat ini. Saya harap, ini merupakan awalan untuk merasakan kepuasan tersebut. Bahkan untuk mengawalinya saja saya seperti merakasan getaran-getaran saat First Kiss bersama seorang kekasih saya dulu, yang kini sudah mau menikah, saya tidak ditinggal nikah yaa, saya yang memutuskan untuk meninggalkan dia *Tolong dicatat*.

Masih ingat first kiss anda?? aaaww, aaaww saya jadi sedikit memerah kalau mengingatknya, bukan,bukan karena romantis, tidak seperti difilm-film yang ciuman bahas karena ciuman sambil hujan-hujanan atau ciuman malu-malu enak seperti ciuman rangga dan cinta di Bandara yang diliatin orang satu bandara, malu diliatin tapi karena enak lanjut ajah *eeehh*. Ciuman pertama saya amat kikuk. Bahkan lebih kikuk dibanding adik-adik imut dibawah ini. Ini anak siapa? untung masih bayi dan anak bule. Kalo udah gede pasang foto ginian, bisa dinikahin paksa sama pak RT.

Buat yang baru pertama kali ciuman, pasti rasanya kikuk sekali. Terlebih harus melakukannya di bawah tangga rumah seorang teman, curi-curi cium walapun hanya tersentuh sedikit di bibir, rasanya bingung harus ngapain. Yaah kita analogikanlah seperti itu perasaan saya saat ini, terlalu banyak hal terpendam yang ingin saya tuliskan, tapi ketika kesempatan itu ada, saya jadi bingung ingin memulai dari mana. Dan entah mengapa ketika ingin memulai saya ingat first kiss saya dulu. Mungkin ini efek setelah saling membalas comment dengan lawan main first kiss saya yang akan segera menikah itu. 
Ternyata menulis itu tidak semudah ketika kita membacanya, kita harus memikirkan kalimat yang tepat, alur tulisan, inti tulisan, judul, ornamen-ornamennya, dan mood. Sepertinya pemilihan mood sangat berperan ketika kita ingin menulis. Tidak baik jika menulis ketika mood sedang BT, yang ada tulisan kita akan terlihat seperti surat benci untuk kakak tingkat saat ospek. Penuh kebencian dan dendam karena tugas yang diberikan membuat tidak tidur selama seminggu *bukan saya*. Saya sangat sadar, lebih sadar daripada si udin yang jarang tidur *sadarudin*, kalau tulisan saya ini agak sediki kacau, okeh saya akui sangat kacau. Tapi untuk permulaan, cukup buat saya. Setidaknya ini menjadi pemacu untuk saya terus menulis. Blog ini, akan saya pelihara seperti memelihara kening saya yang indah ini (baca : jenong) sehingga terus mengkilat dan bersinar, sampai-sampai ada laron yang salah menempel, kasian lampu di kamar saya kalah saing *gigit cobek*. Saya senang sekarang saya sudah punya e-diary. 

Salam mengkilat !

6 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak bisa.. orang lagi belajar malah minta diajarin...
      (--____--)

      Hapus
  2. Hai jenoong akhirnya pecah telor juga :D
    wah ini baru nongol uda main curhat aja nie yee... hahaha
    keep writing hunny :*
    kalo lagi galo segeralah menulis, (lhaa lu kan emang galo teap hari, jadi mesti update blognya teap ari juga,hihi)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahaaa....
      laahh kao tiap hari nulis, terus ngerjain skripsinya kapan?? hehehhee...
      bingung cuy mau nulis apa, gak papalah kita menggalau diawal pertemuan...
      tararengkyu :*

      Hapus