Ini tulisan aku buat sebenarnya udah lumayan lama.. Tepatnya sekitar bulan agustus/september, setelah wisuda *eciieee* dan lebaran.. Saat istirahat panjang di rumah selama sebulan lebih.. hehehe...
Sooo... check it out.. :)
Menghabiskan sebulan di rumah membuatku menjadi tidak produktif, eehm tidak dalam semua hal. Yang pasti dalam semua hal berbau organisasi, gerakan dan segala aktivitas yang aku lakoni selagi mahasiswa kemarin, (uhukk uhuuk, baru lulus uhuuk) tidak lagi menjadi rutinitasku sehari-hari. Tapi selalu ada sisi positifnya, aku lebih produktif menjadi “GRT” (Gadis Rumah Tangga).
Bangun tidur tanpa mandi, gosok gigi, dan
membersihkan tempat tidur, langsung meraih sapu dan kemoceng. Mulailah
rutinitas menyapu rumah yang luasnya lebih dari 2 are dan ketebalan debu di atas rata-rata
mengingat musim kemarau berbedu yang sedang singgah di Sumbawa dan entah kapan
akan pergi. Di rumah orang normal umumnya, anggaplah rumah ini diisi oleh
orang-orang yang kreatif, sapu yang digunakan untuk membersihkan lantai
biasanya sapu ijuk, atau sapu yang ijuknya dari plastik yang berbentuk lidi yah
apalah namanya, atau yang punya uang lebih pakai vacum cleaner, nah kalau di
rumahku sapunya juga dari ijuk, tapi yang membuat mereka berbeda adalah sapu
ini semua pakai baju, pakai baju, pakai baju (pengulangan bukan salah ketik,
tapi menekankan bahwa sapu-sapu itu pakai BAJU). Iyah tepat sekali, sapunya di
selimutin dengan kain, tepatnya baju bekas. Mengapa? Kalau katanya ibu, “ini
kalo pake kain ini kan semua debu-debunya keangkat, sampai debu-debu halusnya
juga keangkat” | “debunya pasti sering pake’ kondisioner makanya halus”
*emangnya rambut!.