Rabu, 28 Maret 2012

26 Maret 2012

26 Maret 2012

Beberapa hari sebelum tiba hari ini, tepat di kalender yang kuperoleh dari komunitasku bernaung, angka 26 pada bulan Maretnya sudah aku tandai dengan melingkarinya menggunakan spidol berwarna hitam. Bukan karena aku sedang berkabung, tapi karena hanya itu spidol yang aku miliki. Walau maknanyapun tidak jauh dari makna warna hitam.

Hari ini mungkin salah satu hari yang tidak pernah aku tunggu kehadirannya, seberapa keraspun aku berharap dan berdoa waktu tidak akan berhenti pada tanggal 25.

Hari ini, Dia pergi. Kesempatan untuk menjadi seorang pengajar di daerah terpencil yang jauh dari hiruk pikuk kota, membawanya pergi dariku untuk waktu yang dalam skalaku cukup lama. Satu tahun tiga bulan, terhitung sejak hari ini. Belum termasuk penambahan waktu lainnya.

“Jangan nangis yah, jangan sedih-sedih, harus kuat donk. Kan aku mau berjuang buat negara”

Kalimat ini yang selalu Dia ulang sebelum keberangkatannya. Sederhana, tapi bermakna. Tidak hanya untukku tapi juga buat dia. Perpisahan ini bukan antara batin, atau hati, tapi ini perpisahan fisik kita.

Sayangnya malam ini, kami tiba sedikit memburu waktu ke bandara, alhasil waktu untuk yang ada hanya 15 menit untuk mengucapkan kata-kata perpisahan. Sambil mengunyah kue yang baru kami beli di salah satu restoran cepat saji, tidak banyak yang bisa kami ucapkan. Yang terpenting kami tahu, kami ada di hati masing-masing.

Panggilan dari microfon bandara megakhiri perbincangan malam itu, rasanya menyesakkan. Mengapa di saat penting seperti ini pesawat yang terkenal miss delay itu harus berangkat tepat waktu. Sambil terburu-buru membereskan barang karena harus mengejar pesawat singa itu, sebuah ciuman di kening mengakhiri perbincangan malam ini. Tidak ada kata, hanya ada senyuman, lambaian dan harapan bisa berjumpa kembali.

Beberapa saat aku terdiam dan memandanginya hingga jauh tak terlihat masuk ke area boarding. Menahan air mata yang ingin jatuh. Tarik nafas, tarik nafas, tarif nafas panjang sekali lagi, hingga tenang, aku melangkah kembali ke area parkiran tempat si Richard dititipkan. Haaahh.. rasanya sangat berat, pandanganku kosong, jauh memikirkan masa depan, jauh memikirkan yang akan terjadi kelak.

Tiba di parkiran, melihat motor bebekku yang berwarna merah itu semakin membuatku tertegun. Tergantung sebuah jaket identitas mahasiswaku yang telah Dia gunakan selama beberawa waktu lalu, aku raih jaket tersebut untuk menyimpannya di dalam tasku, sesaat aku memeluknya, saat itu juga tak kuasa air mataku tumpah, aroma tubuhnya yang khas melekat dijaketku. Tak tahu apa lagi yang harus aku katakan, yang aku rasakan hanya rasa yang dalam, teramat dalam. Air mataku semakin tumpah, ketika aku menerima pesan singkatnya dari atas pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas. Sebuah pesan yang menenangkan, sebuah pesan yang mengisyaratkan rindu tak tertahan bahkan ketika kami baru berpisah selama 15 menit.

Bukan sekali ini saja kami harus berpisah, namun saat itu kami tahu bahwa itu hanya sementara, dan dalam waktu dekat akan bertemu kembali. Hari ini berbeda, walaupun kami tahu nanti bisa bertemu kembali, tapi itu dalam waktu yang lama, bahkan dalam waktu yang masih belum kami prediksikan. Ini yang membuat kami merasakan rindu yang mendalam, bahkan sebelum berpisah, menyadari kenyataannya di depan, menambah dalam di rindu ini.

Sepanjang jalan pulang aku terpikirkan oleh banyak hal...
Hubungan ini tidak mudah, untuk bertahan sejauh ini sangat tidak mudah. Karena tidak hanya satu atau dua kali, berkali-kali ada yang hadir antara kami, antara celah-celah kami ketika kami masing-masing sendiri. Aku menyangkal berkali-kali, aku bertahan setiap saat. Sakit, tapi aku tetap menyangkal semuanya. Aku menyangkal hubungan seperti itu, aku menyangkal aku sendiri. Aku bertahan. Yang menguatkan aku tetap bertahan, karena Ia apa adanya. Karena sejauh apapun yang Ia jalani, Ia memikirkan aku.

Setelah setiap detik senang dan sedih yang kami jalani, hal ini tidak akan membuatku menjadi terpuruk. Ini hanya perpisahan sementara, aku akan ada disini, disisinya.

Dua hal yang membuatku bertahan, karena keyakinan dan kepercayaan. Aku yakin dengan perasaanku dan perasaannya, aku yakin pada diriku dan dirinya, walaupun aku tahu banyak yang tidak yakin dengan hubungan ini, namun aku merasakan keyakinan di hatiku dan dihatinya. Aku percaya, percaya dengan kuasa Tuhan. Aku percaya ketika kami berjodoh, kami akan bertemu kembali, dan hubungan ini akan terus berlangsung. Siapa yang tahu yang akan terjadi di masa depan? Aku hanya memiliki keyakinan dan kepercayaan...

Take care, selamat berjuang untuk negara dan cita-citamu. Disini aku juga sedang berjuang, untuk kehidupanku dan kehidupan kita kelak...

See u soon dear.... J


2 komentar:

  1. aku sayang kamu. sayang kamu nirmala. Yang sabar ya la, Ini juga demi rasa sayang kita terhadap ibu pertiwi. Rasa Sayangmu ada selalu dihati dan ingatanku, jangan risau ya Insya Allah, kita akan berjumpa lagi untuk merajut cinta kasih yang abadi. Miss u so much

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sayang...
      amiiin..
      InsyaAllah semoga kita bisa menjalani waktu-waktu kita bareng-bareng lagi yah, untuk selamanya..
      Iyaah, tenang bulet yah, dah gak sedih2 koq..
      Aji smangat yaah IMnya, la juga semangat di sini ngelarin skripsinya..
      Miss u too :*

      Hapus